Antara ahli Taat dan Ahli Maksiat
Rangkang Beut - Lebih baik orang yang ahli maksiat tapi selalu merasa khawatir dan hina dengan kemaksatannnya. Daripada orang yang ahli taat, tapi selalu merasa sombong dengan ketaatannya
Kata-kata yang sangat indah ini, sebenarnya dulu dipakai ahli taat untuk menasehati diri sendiri, agar selalu tawadhu dan menjaga hati. Sekarang kata-kata ini dipakai tidak pada tempatnya, malah dipakai untuk menilai orang lain, ga tepat sasaran
Dan yang lebih parah, jika kata-kata ini dipakai oleh ahli maksiat untuk membenarkan kemaksiatannya, jadi ketika berbuat maksiat agar tidak disalahkan, kita mencari pembelaan dengan cara nunjuk orang lain
Kita yang ahli maksiat, bukannya merasa hina, malah mulai menyalahkan orang taat yang sombong dan merendahkan mereka, ga cukup hanya dengan berbuat maksiat, kita malah menuduh hati mereka sombong
Tuduhan itu adalah bentuk kesombongan itu sendiri, karena kita merasa lebih baik daripada orang taat itu. Seolah kita mengatakan, saya lah, ahli maksiat yang merasa khawatir dan hina atas kemaksiatan saya, dan dialah yang sombong dengan ketaatannya.
Intinya, sadar atau tidak sadar, kita malah ingin meyakinkan orang lain dan diri sendiri, bahwa kita yang bermaksiat ini lebih baik dari orang lain. Ini cilaka duabelas. Bagaimana tidak, SUDAH MAKSIAT, SOMBONG LAGI!!!
Ya allah jangan engkau hiasi pada kami segala bentuk maksiat, kefasikan dan kekufuran, buatlah diri kami membencinya, sehingga kami menjauhinya. Hiasilah keimanan dan ketaatan pada hati kami, buatlah kami mencintainya, agar kami mengamalkannya. Amin (***)
No comments:
Post a Comment