[Latest News][6]

About
Acheh
History
Image
Kitap
Religion

Makna Perkataan Imam Malik Tentang Istiwa'

Rangkang Beut - Makna Perkataan Imam Malik Tentang Istiwa'

Imam Malik menjelaskan posisi akidahnya dalam statemen pendek yang sangat terkenal di bawah ini:

Versi pertama dengan jalur sanad yang sahih dari Imam Baihaqi dari Abu Bakar al-Asfahani dari Abi Asy-Syaikh, dari Abu Jakfar al Yazdi dari Muhammad an-Naisaburi dari Yahya bin Yahya dari Imam Malik bin Anas adalah:

الِاسْتِوَاءُ غَيْرُ مَجْهُولٍ، وَالْكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُولٍ، وَالْإِيمَانُ بِهِ وَاجِبٌ، وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ

"Istiwa' tidak samar, kaifiyahnya tidak masuk akal, mengimaninya wajib dan menanyakannya adalah bid'ah"

Dalam redaksi ini dinyatakan bahwa kata istiwa' memang tidak asing lagi, tapi kaifiyahnya bagi Allah sama sekali tidak masuk akal dalam arti sama sekali mustahil diterapkan pada Allah. Kata tidak masuk akal juga dapat berarti bahwa kaifiyahnya sama sekali tidak ada sebab hal yang tidak masuk akal dalam ilmu rasional hanya diungkapkan pada hal-hal yang mustahil wujudnya. Kaifiyah di sini berarti cara teknis sebagaimana dipahami sehari-hari di dunia makhluk. Anda bisa membaca artikel saya di NU Online yang berjudul " Definisi Kaifiyah Dalam Pembahasan Sifat Allah" untuk mendalami pemaknaan kaifiyah dalam konteks ini.

Versi kedua adalah versi yang lebih terkenal meskipun secara sanad tidak sekuat yang pertama, yakni:

الاستواء معلوم، والكيف مجهول، والإيمان به واجب، والسؤال عنه بدعة

"Istiwa' sudah diketahui, kaifiyahnya tidak diketahui, mengimaninya wajib dan menanyakannya adalah bid'ah"

Dalam versi kedua ini, istiwa' dianggap sudah diketahui secara bahasa maknanya apa, tapi kaifiyahnya untuk diterapkan pada Allah tidak diketahui. Berbeda dengan versi pertama yang secara tidak langsung manafikan kaifiyah, versi kedua ini menetapkan kaifiyah dalam arti hakikat istiwa' itu sendiri ada tetapi tidak ada yang tahu apa itu sehingga tidak bisa dibayangkan oleh akal.

Dalam versi pertama atau pun kedua, Imam Malik sama-sama menafikan pengetahuan atas kaifiyah istiwa'. Ini berarti beliau menafikan semua makna yang dikenal manusia yang tertulis di semua kamus itu pada Allah. Makna-makna istawa secara bahasa yang diketahui kaifiyahnya adalah sebagai berikut:

Kalau istiwa' dimaknai duduk bersemayam di atas benda, maka seluruh dunia tahu apa dan bagaimana kaifiyah duduk bersemayam. Anda duduk di kursi, di kasur, di kapal, di mana pun dengan posisi dan gaya apa pun duduknya yang penting anteng, itulah kaifiyah duduk bersemayam. Semua orang tahu kaifiyahnya.

Kalau istiwa' dimaknai berlokasi atau bertempat di atas benda, semua orang tahu kaifiyahnya. Ketika anda sekarang membaca ini, anda sedang bertempat di atas sesuatu, orang-orang yang anda lihat sehari-hari juga berlokasi di atas sesuatu, itulah kaifiyah berlokasi dan bertempat. Semua orang tahu kaifiyahnya dan selalu mempraktekkannya.

Kalau istawa dimaknai mengambang/melayang di atas suatu benda, maka semua orang tahu kaifiyahnya. Ketika anda menyusun dua atau beberapa magnet dengan posisi tertentu (lihat saja tutorialnya di internet), anda bisa membuat satu magnet melayang mengambang di atas magnet lain. Anda bisa juga melihat film yang memperlihatkan pertapa sakti yang melayang di atas tempat pertapaannya. Kalau itu makna istiwa', maka semua orang tahu kaifiyahnya.

Akidah Imam Malik adalah menolak semua kaifiyah yang diketahui semua orang itu. Jadi, kalau ada orang yang mengaku mengikuti imam Malik dan menukil pernyataan beliau, tapi ia mempromosikan salah satu kaifiyah yang diketahui di atas itu,  maka itu berarti pengakuannya bohong. Imam Malik jelas mengatakan bahwa kaifiyahnya mustahil diketahui sedangkan ia malah menetapkan kaifiyah yang diketahui semua orang. Justru orang seperti ini menentang Imam Malik.

Akidah Imam Malik adalah tafwidh, yakni hanya membaca ulang ayat dan hadis tanpa menentukan satu pun maknanya sebab makna yang hakiki hanya diketahu oleh Allah. Itulah salah satu pendapat para ulama Ahlussunnah al-Asy'ariyah. Kutipan di atas ada di hampir semua kitab akidah Asy'ariyah dan dimaknai secara konsisten seperti di atas. 

Syaikh al-Alusi dalam Ghara'ib al-Ightirab berkata:

هو مراد مالك وغيره من قولهم «الاستواء معلوم، والكيف مجهول» أي: الاستواء معلوم المعنى، ووجه نسبته إلى الحق تعالى المجامع للتنزيه مجهول

"Itu adalah maksud Imam Malik dan lainnya yang berkata: "istiwa' diketahui, kaifiyahnya tidak diketahui", maksudnya istiwa' sudah maklum maknanya tapi sisi penisbatannya pada Allah yang kompatibel dengan prinsip tanzih tidak diketahui" 

Kesimpulan, bila ada yang ditanya istiwa' bagi Allah itu apa lalu dia mengatakan bahwa maknanya sudah maklum atau sudah diketahui, maka dia telah menentang Imam Malik. Bila dia malah menafsiri istiwa' dengan salah satu arti seperti arti yang kaifiyahnya diketahui umum dalam contoh di atas, maka fix dia sudah menentang Ahlussunnah wal Jama'ah. Yang sudah diketahui adalah istiwa' dalam konteks manusia, bukan istiwa' dalam konteks Allah.

Semoga bermanfaat

KH. Abdul Wahab Ahmad



President Guha : Abu west

Jadilah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, tumbuh di tepi jalan. Dilempar buahnya dengan batu, tetapi tetap dibalas dengan buah.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search